LUBUKLINGGAU – OKINEWS.CO – Fatmawati (65), warga Jalan Ketitiran Nomor 430 RT 07, Kelurahan Bandung Ujung, Kecamatan Lubuklinggau Barat II, Kota Lubuklinggau, meninggal dalam posisi terkomfirmasi positif covid-19, di salah satu rumah sakit swasta di Kota Lubuklinggau, Senin (23/8), sekitar pukul 15.30 WIB.
Namun pihak keluarga terpaksa memakamkannya sendiri, pada Senin (23/8) malam. Lalu bagaimana ceritanya?
Keponaan almarhumah, Anjas menuturkan, kalau bibinya itu sudah bertahun-tahun sakit lumpuh, tinggal di rumah. Kemudian beberapa hari lalu menederita demam, batuk dan filek. “Sabtu (22/8) bibi saya kondisinya menurun, lalu kami bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan,” cerita Anjas saat ditemui di rumah duka, Selasa (24/8) siang.
Anjas mengatakan bibinya memang telah di swab PCR dan hasilnya positif covid-19. Setelah dua hari dirawat, tepatnya Senin (23/8) sekitar pukul 15.30 WIB Fatimah meninggal.
“Oleh petugas rumah sakit kami dipanggil. Lalu diminta menyiapkan 3 buah matrai 10.000. Kami belikan materai,” lanjut Anjas yang juga didampingi anak almarhumah, Fadli Heri Susanto.
Kemudian petugas menyodorkan berkas untuk ditandatangan bermatrai. “Kami tidak tahu berkas apa. Namun yang jelas poin yang kami pahami betul adalah surat persetujuan bahwa jenazah bibik bersedia dimakamkan secara prosedur covid-19,” ceritanya.
Sebelum menyetujuinya, pihak keluarga berembuk dulu, sambil meminta pendapat lainnya. Sebab waisiat almarhumah dia tidak mau dimakamkan dengan dipeti. “Selain berembuk keluarga, saya tanya juga ke ustad untuk minta pendapat,” ucapnya.
Singkat cerita, keluarga setuju untuk dimakamkan secara prosedur dan protokol covid-19. Lalu jenazah diproses dan dipeti. Lalu sudah dikeluarkan dari kamar jenazah.
Pihak keluarga menunggu petugas, namun tak kunjung datang. Hingga malrib juga belum datang. “Beberapa kali nanya ke petugas, katanya nunggu komfirmasi dari Satgas,” katanya.
Menjelang sholat isya, lanjuta Anjas, ada sopir ambulan datang, sudah mengenakan APD, dan juga membawa sekitar 5 buah APD lagi. Kemudian bersama-sama membawa peti jenazah ke Ambulance, dan dibawa ke TPU Bandung Ujung.
“Kami berpikir petugas pemakaman sudah siap di TPU. Namun sampai disana tidak ada petugasnya. Disini kami merasa ditelantarkan,” katanya.
Pihak keluarga kembali diminta menunggi oleh sopir ambulance. “Katanya akan ada anggota PolPP yang datang untuk memakamkan jenazah,” uajarnya.
Setelah menunggu setelah sekitar 15 menit, barulah petugas Pol PP datang dengan menggunakan mobil pickup. Ternyata petugas pol-pp juga tidak siap, APD tidak ada.
“Kami sampaikan, bahwa kami tidak tahu permasalahan di Satgas, tapi bukti dilapangan Satgas tidak siap. Akhirmya kami keluarga memakamkan sendiri Bibi,” pungkasnya, sambil mengatakan bahwa petugas Pol-PP sendiri mengakui kalau mereka tidak siap, dan ada vidio-nya. (cj17)
Komentar