oleh

Marlina dan Senen Hanya Bisa Berikan Kode Jika Lapar atau Mau Buang Air

MALANG nasib  yang dialami  Marlina (30) dan Senen  (26) dua bersaudara anak dari pasangan Hamdi (63) dan  Kasri (53) warga Dusun VI  Desa Awal Terusan Kecamatan Sirah Pulau Padang ini kondisinya sangat memprihatinkan. Sejak usia 6 bulan terkena step hingga membuat kaki dan tangannya kaku tengkurap   di tempat tidur.

KHOIRUNNISAK-OKI

Berjarak 2 km dari jalan kabupaten Kecamatan Sirah Pulau Padang Desa Terusan Menang Dusun VI  wartawan OKINEWS.CO akhirnya bisa menemukan rumah pasangan suami istri Hamdi (63) dan Kasri (53). Mereka memiliki dua anak lumpuh.

Di rumah permanen  yang berukuran 4×6 meter keduanya berbaring di ruang tengah. Diatas kasur yang dipasang perlak keduanya menghabiskan waktunya disana.

Hanya kode mengerang ataupun menangis yang dilakukan keduanya jika  lapar atau ingin buang air besar.

“Kalau Senen jika lapar hanya minta suapkan dengan ibunya, keduanya sangat manja sekali,” ujarnya, Selasa (24/8).

Sesekali kedua bocah tertawa mendengar ayahnya bercerita tentang tingkah lakunya sehari-hari seolah ia mengerti apa yang dibicarakan.

Keduanya hobi sekali minum kopi sehingga giginya terlihat menghitam, juga makan bakso dan model.

Kondisi yang dialami anaknya sejak usia 6 bulan sering sekali panas tinggi dan kejang.

Karena tidak memiliki biaya ia hanya bisa membawa anaknya ke tukang urut.

Bahkan pernah Senen itu dibawanya ke RSUD dirawat selama sebulan tapi tidak ada perubahan.

Nah kalau Marlina pada 2006 menjalani operasi untuk mengeluarkan tumor di dekat ketiaknya.

Setelah diurut panasnya turun tapi berjalannya waktu kaki dan tangannya menjadi kaku tidak tumbuh seperti anak seusianya, lengan dan betisnya kurus sekali.

Padahal selama hamil ia tidak memiliki keluhan apapun. Anaknya yang ke empat juga sempat mengalami kejang dan panas tinggi tapi langsung dibawanya berobat dengan biaya seadanya hingga bisa tumbuh normal.

Sementara anak pertamanya juga mengalami hal yang sama hingga meninggal dunia.

Untuk ke kamar mandi keduanya harus diangkat.  Sebagai petani yang menggarap sawah milik orang lain ia harus bekerja keras memenuhi kebutuhan ketiga anak dan istrinya.

Kadang harus bekerja setengah hari karena Marlina dan Senen tinggal di rumah.

Sudah 6 bulan petugas Puskesmas Awal Terusan tidak datang memeriksa kesehatan kedua anaknya. Jauh dibandingkan dulu ada yang datang mengecek kesehatannya.

“Paling sekarang jika sakit kami yang datang minta obat,”ungkapnya.

Ia  merasa sedih kalau kebutuhan anaknya ini tidak bisa dipenuhi. Karena keduanya ini sering memberi kode menangis atau berteriak jika mendengar ada gerobak jualan lewat di depan rumah.

“Kalau ada uang kami belikan kalau tidak ada tidak bisa,” sesalnya.

Tidak bisa setiap hari membelikan makanan kesukaannya karena sering tidak ada uang. Tak jarang ia berhutang kepada tetangga hingga menjual beras untuk membeli makanan.

Selain membiayai Marlina dan Senen ia juga harus memenuhi kebutuhan adik Senen yang duduk dibangku SMAN 2 Sirah Pulau Padang.

Selama ini untuk bantuan sosial hanya mendapat BLT untuk warga berdampak Covid-19 sementara PKH, BNPT mereka tidak menerima. Pernah dapat bantuan bedah rumah 2011 lalu.

Beruntung masih ada orang yang peduli dengan kondisi mereka seperti Kapolres OKI AKBP Diliyanto MH beserta isteri datang langsung ke rumahnya memberikan sembako.

Harapannya ingin anaknya bisa duduk dan makan sendiri sehingga ia tidak lagi khawatir jika ditinggal ke sawah.

Kapolres OKI AKBP Diliyanto MH yang berkunjung ke rumah Marlina dan Senen sangat pilu melihat kondisi mereka yang sudah bertahun-tahun lumpuh layu.

“Ini kunjungan saya pertama dan langsung meneteskan air mata saya melihat kondisi keduanya”, terangnya.

Untuk itu mereka langsung memberikan bantuan, dan nanti jika pihak keluarga membutuhkan bantuan ia siap dan bukan hanya untuk Marlina serta Senen saja tapi yang lain jika mengalami kondisi seperti ini.(*)

Komentar